Jumat, 24 November 2017

Pengantar Bisnis : Penjelasan Instrumen-Instrumen Investasi

INVESTASI

Apa itu “Investasi”?



Yang dimaksud dengan investasi adalah suatu tindakan menanamkan sumber daya atau modal pada saat ini, dengan harapan bisa mendapatkan manfaat yang lebih di masa yang akan datang. Atau definisi investasi yaitu suatu tindakan menanamkan dana saat ini atau sekarang, dengan harapan dapat menghasilkan dana yang lebih besar dari dana yang di tanamkan saat awal melakukan investasi.

Terdapat beberapa instrumen investasi, berikut penjelasannya :

  1. Properti

Mengapa Properti Termasuk Instrumen Investasi?

Properti, sebagai instrumen investasi hingga saat ini masih menjadi salah satu instrumen yang paling diminati oleh para investor. Hal ini tidaklah mengherankan, karena setiap orang butuh rumah tinggal, baik itu rumah tapak maupun rumah susun. Rumah menjadi kebutuhan primer, impian dan kebutuhan setiap orang, apalagi dengan melihat jumlah penduduk di Indonesia yang berjumlah lebih dari 250 juta penduduk dan masih akan terus bertambah, peluang properti sebagai instrumen investasi pun tentu terbuka lebar.

Kebutuhan akan rumah adalah hal yang masih akan ada selama ada pertumbuhan jumlah penduduk. Mungkin Anda sudah mempunyai rumah, namun orang-orang di sekitar Anda pun belum tentu memiliki rumah sendiri. Anda pun, bila memiliki uang berlebih juga dapat memanfaatkan peluang ini dan membantunya.

Dengan berinvestasi pada properti, bukan berarti Anda hanya memosisikan sebagai penikmat properti tersebut, Anda pun dapat berperan sebagai penyedia properti bagi mereka yang belum dapat membeli rumah tinggal sendiri. Anda dapat menjualnya kembali, atau juga dapat menyewakannya kepada mereka yang membutuhkan.

Apa Kelebihan dan Kekurangan Berinvestasi Properti?

Bila investor memiliki modal yang cukup, tak ada salahnya menginvestasikan uangnya dengan membeli properti. Namun demikian, berinvestasi properti bukan berarti tidak memiliki risiko. Itu sebabnya, investor perlu tahu keuntungan dan kerugian berinvestasi di bidang properti.

Beberapa keuntungan yang didapat yaitu:

1. Nilai properti cenderung naik dari waktu ke waktu, terutama bila sudah direnovasi.

2. Bisa dipergunakan sebagai passive income, yaitu setelah membeli mungkin rumah dipergunakan sebagai kos-kosan.

3. Properti bisa dipergunakan sebagai jaminan bila suatu ketika kondisi keuangan investor sedang di ujung tanduk.

Sedangkan kekurangan atau kelemahannya adalah:

1. Bila investor membeli properti secara kredit, maka bisa jadi biaya cicilan bila ditotal jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan membeli secara tunai

2. Untuk membeli secara tunai dibutuhkan modal yang sangat besar, terlebih bila properti berada pada lokasi yang strategis

3. Bisa juga membeli properti dengan harga terjangkau yang tidak terlalu mahal, namun lokasinya biasanya sangat jauh dari mana-mana dan malah menyulikan investor bila ingin menjualnya lagi

4. Bila ternyata bahan-bahan dalam pembuatan properti tersebut kurang bagus, maka investor harus mengeluarkan biaya lagi untuk merenovasi

5. Bila investor tidak sanggup membayar cicilan yang itu artinya properti disita, maka uang yang sudah terlanjur dibayarkan tidak akan kembali lagi.

6. Likuiditasnya rendah, dalam arti bila investor membutuhkan dana segar dan cepat, investor tak bisa langsung mendapatkan uang dari hasil penjualan properti karena untuk mencari pembelinya bukanlah hal yang mudah sekalipun properti tersebut berada pada lokasi yang strategis

Bagaimana Cara Membeli Properti?

Berikut langkah-langkah yang dapat Anda lakukan untuk membeli properti:

1. Memanfaatkan pembiayaan bank. Bank menawarkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) bagi Anda yang merasa tidak mempunyai cukup modal. Walaupun bank juga memiliki beberapa persyaratan, tidak ada salahnya untuk dicoba.

2. Menyiapkan uang muka terlebih dahulu. Hingga sekarang, pemerintah telah memberikan kemudahan bagi kalangan menengah ke bawah untuk memiliki rumah sendiri. Pemerintah pun telah mengeluarkan program uang muka 1% untuk membeli rumah murah. Namun perlu diingat, dengan membayar uang muka lebih besar di awal, sebetulnya akan meringankan cicilan yang Anda bayarkan nantinya.

3. Memastikan status kredit. Sebelum mengajukan KPR atau KPA, Anda perlu mengecek status kredit Anda di sistem informasi debitur (SID) Bank Indonesia. Jika Anda memiliki utang yang belum selesai, sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu untuk memperlancar pengajuan KPR nantinya.

4. Memeriksa kekuatan cashflow untuk cicilan. Anda harus memastikan kepada pihak bank bahwa Anda memiliki tabungan dan arus kas yang sehat. Anda juga perlu meyakinkan diri Anda untuk berkomitmen membayar cicilan sesuai tenggat waktu yang ditentukan.

5. Membandingkan KPR tiap bank. Anda perlu membandingkan KPR dan KPA beberapa bank, kemudian barulah Anda bisa memilih KPR Bank yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda, seperti besaran bunga yang kompetitif dan plafon yang sesuai.

6. Membayar dengan cicilan lunak. Banyak pengembang yang menawarkan propertinya dengan menawarkan cicilan lunak. Anda dapat memanfaatkan tawaran tersebut dan tentunya dapat memperingan pembayaran cicilan Anda.

Risiko Investasi Properti?

Berikut ini adalah beberapa risiko investasi properti yang mungkin muncul saat Anda memilih jenis investasi ini:

1. Terhadang Regulasi Pemerintah
Tersangkut masalah perizinan biasanya adalah risiko investasi properti yang harus Anda hadapi. Bila Anda menginvestasikan uang Anda pada sebuah pengembang untuk membangun properti skala besar biasanya akan terhadang masalah perizinan dari pemerintah.

Atau bila Anda kurang hati-hati, Anda pun dapat saja tertipu penjual yang menjual properti sengketa atau properti yang berada di ruang hijau yang sebetulnya tidak boleh digunakan untuk bangunan.

Untuk meminimalkan risiko investasi properti tsb maka Anda dituntut untuk aktif mencari informasi mengenai rencana tata kota dan memeriksa surat-surat bukti kepemilikan properti tsb.

2. Masalah Kredit Bank
Risiko investasi property lainnya adalah tersangkut kredit bank bila Anda akan membeli properti tersebut secara kredit. Bila tidak disetujui, bisa saja uang booking fee atau tanda jadi Anda akan hilang. Jadi sebaiknya Anda ketahui dulu persyaratan kredit sebelum Anda akan memulai investasi ini.

3. Rusaknya Bangunan
Seiring dengan waktu maka bangunan akan mengalami kerusakan apalagi bila tidak dilakukan perawatan secara berkala. Rusaknya bangunan ini tentunya akan menurunkan harga jual dan merupakan risiko investasi properti yang harus dihadapi. Sebaiknya Anda lakukan pemeriksaan dulu mengenai kondisi fisik bangunan sebelum Anda membelinya dan lakukan perawatan berkala agar bangunan tsb dapat bertahan lama dan memiliki harga jual yang semakin naik.

4. Sulit Dijual
Risiko investasi properti berikutnya adalah sulitnya menjual kembali terutama bila Anda melakukan investasi tanah atau di lokasi yang kurang strategis. Jadi sebaiknya lakukan survey dulu apakah lokasi tsb ada kemungkinan berkembang atau tidak.


Return Investasi Properti?


Return on Investment (RoI) adalah ukuran yang paling populer digunakan untuk menentukan nilai atau keuntungan dari investasi properti. RoI merupakan persentase dari total laba—yang didapat dari capital gain dan income dari sewa—dikurangi total investasi dan dibagi total investasi.

RoI = (total laba – total investasi) / total investasi x 100%

Sebagai contoh, seorang investor membeli apartemen seharga Rp330 juta. Dua tahun kemudian harganya menjadi Rp400 juta. Kebetulan unit apartemen tersebut disewa dengan harga Rp3 juta per bulan (Rp36 juta per tahun) dan dibayar sekaligus di muka selama dua tahun, sehingga selama dua tahun, dia memperoleh uang sewa Rp72 juta.

Jadi, dalam dua tahun penghasilan yang didapat adalah:
- Penghasilan dua tahun : Rp72 juta (sewa selama 2 tahun)
- Capital gain dua tahun : Rp70 juta (Rp400 juta – Rp330 juta)
Sehingga, keuntungan yang diperoleh mencapai Rp142 juta (Rp70 juta + Rp72 juta)

Jadi, RoI =  Rp142 juta/Rp330 juta x 100% = 43% dalam 2 tahun, atau 21,5% per tahun.

Sebagai catatan, semakin lama properti itu dikuasai dan disewakan, maka angka RoI cenderung akan lebih tinggi.


Ragam Produk Investasi Properti?


1. Investasi Tanah

Memilih investasi tanah dengan target investasi jangka panjang bisa memberikan keuntungan dan hasil yang maksimal, karena pada dasaranya nilai tanah bisa naik secara dratis sesudah berumur tahunan, bukan bulanan. Harga tanah pasti meningkat setiap tahunnya. Peningkatan harga tanah bisa berbeda yang satu dengan yang lain, tergantung dari lokasi tanah tersebut berada. Semakin strategis lokasinya maka harga tanah semakin cepat naik, bahkan dalam hitungan beberapa saat saja. Namun apabila kita memilih investasi tanah, kita tidak bisa mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat, berbeda dengan bangunan yang bisa di sewakan. Namun di balik itu semua, apabila anda investasi tanah maka anda tidak perlu repot-repot melakukan perawatan, anda hanya perlu menyimpan lalu menjualnya setelah bertahun-tahun.

2. Investasi Apartemen

Apabila anda tidak suka investasi tanah maka anda bisa mencoba investasi apartemen. Namun apartemen ini hanya bisa di jalankan di lingkup kota besar saja, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Tentu saja anda harus memiliki tanah yang siap di bangun di situ. Investasi apartemen ini sangat potensial untuk di jalankan, karena anda bisa mendapatkan keuntungan setiap bulan atau tahunnya. Karena apartemen ini bisa kita sewakan setiap tahun atau bulannya. Yang perlu anda ketahui, tidak selamanya nilai apartemen meningkat, bahkan nilanya bisa mengalami penyusutan setiap tahunnya. Selain itu karena bisnis ini berbentuk bangunan, anda perlu melakukan perawatan rutin agar apartemen tetap bersih dan nyaman.

3. Investasi Rumah

Saat ini banyak orang yang membeli rumah pada suatu tempat namun tidak di tinggali, yakni hanya sebagai tempat menginap sementara saja. Selain tujuan tersebut ternyata tujuan lainnya adalah untuk berinvestasi, dimana rumah dan tanah tersebut nilainya terus naik setiap tahunnya, apalagi jika rumah tersebut di rawat dan di bersihkan secara rutin.

4. Investasi Kos

Apabila anda ingin memulai investasi dengan modal kecil, maka investasi properti kos-kosan menjadi pilihan yang tepat. Anda bisa menjadikan rumah anda sebagai kos-kosan. Namun karena usaha kos-kosan, maka rumah anda wajib berada di lokasi yang strategis, seperti dekat kampus dan sekolahan.

5. Investasi Bangunan Lainnya

Sangat banyak investasi dalam bentuk bangunan, tidak hanya rumah, apartemen dan kos. Namun masih banyak contoh lainnya. Misalnya saja ruko atau rumah toko, ini sangat potensial apabila kita memiliki tanah di pinggir jalan yang ramai. Kita bisa membangun beberapa ruko dan menyewakannya. Selain ruko ada juga hotel, villa, penginapan, kos harian, kios dan masih banyak lagi.


2. Logam Mulia (Emas)

Mengapa Emas Termasuk Instrumen Investasi?

Emas merupakan logam mulia yang cukup diminati banyak masyarakat. Bagaimana tidak? Dengan bentuk menarik, perhiasan satu ini berhasil memikat perhatian banyak orang karena dikenal sebagai barang investasi dengan kepastian bahwa akan memberikan keuntungan bagi para pemiliknya. Tidak mengherankan, karena investasi emas memiliki keuntungan utama di mana kecenderungan harganya yang selalu naik dari tahun ke tahun. Hal ini jelas memberikan keuntungan bagi para pemiliknya, terutama blia selisih harga beli dan harga jualnya cukup besar.

Menjadi rahasia umum bila masyarakat menjadikan emas sebagai salah satu bentuk investasi untuk dipetik hasilnya di masa mendatang. Berbagai bentuk emas begitu diminati, seperti bentuk emas perhiasan, emas dinar, dalam bentuk batangan, bisa juga tabungan emas yang fungsinya untuk pendanaan pendidikan, biaya kesehatan, untuk keperluan biaya naik haji, bahkan membeli rumah.



Apa kelebihan dan Kekurangan Berinvestasi Emas?


Beberapa keuntungan emas sebagai Investasi:

1. Dengan emas kekayaan yang anda simpan akan terbebas dari nilai inflasi.
2. Harga emas akan cendrung naik, bukan karena USD tapi karena suply/demand minyak dan barang tambang.
3. Investasi emas tergolong invesatsi yang Low-Risk, karena harga emas dalam jangka panjang selalu naik.
4. investasi dalam bentuk Logam Mulia, karena ketika menjualnya anda tidak dikenai ongkos pembuatan seperti perhiasan emas dari pada emas perhiasan.
5. Investasi dalam bentuk Emas Lebih Liquid dari pada investasi dalam bentuk lain (mudah dicairkan kedalam bentuk uang bila diperlukan).

Beberapa kelemahan dalam berinvestasi dengan emas:

1. Kebanyakan Toko Emas sedikit tertutup untuk memberikan keterangan atau pengarahan kepada  konsumen secara terbuka masalah harga dan pertimbangan investasi.
2. Kebanyakan pemilik emas mengalami kesulitan  ketika menjual emas, karena tidak mengetahui standart perhitungan emas. Sedangkan  toko emas sendiri tidak transparant dalam menerapkan standart harga jual-beli emas seperti harga dolar.
3. Investasi Emas dalam jumlah banyak misalnya diatas 1kg, akan memerlukan keamanan khusus. biasanya beberapa orang memilih menggunakan brankas kecil untuk menyimpan, tapi cara lain yang lebih aman lagi adalah dengan menyewa safety box dibank.
4. Emas lebih baik untuk investasi jangka panjang.


Bagaimana Cara Membeli Emas untuk Investasi?


  • Menerapkan Teknik Investasi Emas Klasik


Maksudnya adalah membeli emas disaat harga cukup murah dan menjualnya kalau sudah naik dan selisih jualnya cukup banyak. Teknik yang sering dilakukan oleh para orang tua jaman dulu telah terbukti cukup efektif jika dilakukan dalam waktu tepat dan dalam masa yang lama. Dengan menjalankan teknik ini bisa dikatakan emas yang Anda miliki ini menjadi investasi jangka panjang misalnya kurung waktu 5 sampai 10 tahun.


  • Membuat Tabungan Emas


Dengan membuat emas sebagai tabungan dan asuransi. Menabung emas memang benar-benar kita menabung menggunakan emas, bukan uang. Misalnya tiap bulan kita akan menabung 1 gram emas. Saat tabungan ini sudah terkumpul, maka kita bisa jadikan sebagai alat untuk membeli berbagai macam kebutuhan, misalnya untuk membeli mobil, rumah, biaya haji, umroh, menikah, asuransi kesehatan keluarga, liburan , pendidikan anak dan lainnya.


  • Investasi Emas Dijadikan Modal Usaha


Strategi yang satu ini seringkali dijalankan dengan sistem gadai. Jadi misalnya Anda memiliki emas 100 gram, maka untuk meningkatkan nilai emas, kita sebaiknya menggadaikannya. Kemudian, uang hasil gadai dijadikan modal usaha dan bisnis. Untuk benar-benar menjalankan teknik ini, Anda harus paham bahwa sistem ini memiliki kelemahan tersendiri, yaitu ketika bisnis bangkrut, maka emas kita akan hilang atau berkurang. Tapi bila usaha kita maju, maka bukan tidak mungkin anda bisa meningkatkan jumlah emas yang Anda miliki.


Risiko Investasi Emas?


1. Emas Palsu
Ini merupakan resiko yang benar-benar wajib untuk dihindari, sebab pada dasarnya kita tidak mengerti dan mengenali dengan baik kandungan yang terdapat di dalam emas yang kita miliki, baik itu bobot dan juga kadarnya.

2.  Investasi Bodong
Ini mungkin terdengar seperti sebuah kisah klasik dan sudah banyak diungkap oleh para penegak hukum, namun selalu saja ada yang tertipu karena hal ini. Investasi emas dengan iming-iming sejumlah keuntungan yang sangat besar adalah hal yang petut untuk dihindari, sebab ini kemungkinan besar adalah sebuah tindak penipuan.

3. Kehilangan
Kehilangan tentu menjadi salah satu resiko terbesar dalam kepemilikan emas, terutama dalam bentuk perhiasan yang digunakan oleh pemiliknya, di mana ini tentu akan menimbulkan sejumlah kerugian yang cukup besar.


Return Investasi Emas?


Keuntungannya tidak terlalu tinggi, namun investasi jenis ini dinilai aman dan likuid, paling tidak harta kita tidak akan tergerus.

Meski demikian, ada beberapa kelemahan berinvestasi di emas atau logam mulia. Investor harus punya tempat khusus untuk menyimpan emas-emasnya itu.

Selain itu, saat ini kilau emas sudah tidak lagi cemerlang seperti 12 tahun silam. Dulu, kenaikan harga emas atau logam mulia setiap tahunnya bisa lebih dari 12%.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, kenaikan harga emas mulai terbatas, hanya 10-12% setiap tahunnya. Bahkan, dalam 5 tahun terakhir, kenaikan harga emas hanya 6-7% per tahun.

Ragam Produk Emas

1. Emas Perhiasan (Jewelry)
Jenis investasi dalam bentuk perhiasan telah dikenal dan banyak dipilih sejak zaman dahulu, di mana sebagian besar orang memang beranggapan bahwa emas adalah sesuatu yang akan mengalami peningkatan nilai jual dari tahun ke tahunnya.

Namun menjadikan perhiasan emas sebagai investasi, akan diiringi dengan sejumlah kelemahan, salah satunya adalah biaya pembuatan yang harus kita bayarkan di dalam perhiasan tersebut. Berbagai macam perhiasan emas yang dijual di pasaran, akan dikenakan sejumlah biaya pembuatan yang terbilang cukup besar. Jumlah biaya ini biasanya akan dihitung dalam per-gram emas yang akan kita beli, artinya semakin berat perhiasan tersebut maka akan semakin besar pula biaya pembuatan yang harus kita keluarkan.

2. Emas Batangan (Bar)
Bentuk emas batangan pada umumnya memberikan nilai investasi yang lebih tinggi dari emas dalam bentuk perhiasan, sebab nilai investasi ini terbilang cukup stabil (antara nilai jual dengan nilai belinya). Emas dalam bentuk batangan juga akan memberikan kita rasa aman, sebab setiap emas dalam bentuk batangan, akan dilengkapi sengan sertifikat keaslian yang menjadi jaminan. Sertifikat ini memuat berbagai informasi mengenai emas yang kita beli, antara lain: informasi mengenai nomor id, berat, ukuran dan tingkat kadar emas.

Di Indonesia, logam mulia yang diperjual-belikan dan dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah adalah emas batangan yang dikeluarkan oleh PT. Aneka Tambang Tbk. Perusahaan ini mengeluarkan emas batangan dalam beberapa ukuran, antara lain: 1, 2, 2.5, 3, 5, 10, 25, 50, 100, 250, 1000 gram dengan kadar emas 999.9%.

3. Koin Emas (Coin)
Koin emas menjadi bentuk investasi lainnya yang cukup banyak diminati, terutama oleh mereka yang memiliki hobi mengoleksi barang-barang antik yang berharga. Bentuk investasi ini bahkan telah banyak digunakan sejak zaman dahulu, sehingga saat ini ada banyak koin emas antik (kuno) yang diburu oleh para investor karena memiliki harga yang sangat tinggi di pasaran. Harga koin emas antik akan jauh lebih tinggi daripada harga koin  emas yang biasa.

3. Obligasi

Mengapa Obligasi Termasuk Instrumen Investasi?

Bagi sebagian orang, investasi obligasi masih merupakan hal yang awam dan banyak diketahui. Hal ini dikarenakan rata-rata masyarakat belum terlalu mengenal bentuk investasi obligasi, sehingga masih banyak yang menyimpan uangnya di deposito.

Namun demikian, hasil investasi dari menyimpan uang di deposito tidak menjamin nilai uang seseorang tidak tergerus inflasi. Menanggapi hal ini, obligasi dapat menjadi alternatif investasi karena dapat memberikan hasil investasi yang lebih tinggi. Obligasi bisa jadi jawaban bagi yang ingin mencari keamanan berinvestasi untuk kebutuhan keuangan di masa depan.

Apa Kelebihan dan Kekurangan Investasi Obligasi?

Kelebihan Obligasi

- Tingkat bunga obligasi bersifat konsisten, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar obligasi
- Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima pemegang obligasi
- Investasi obligasi dapat pula melindungi resiko pemegang obligasi dari kemungkinan terjadinya inflasi
- Obligasi dapat digunakan sebagai agunan kredit bank dan untuk membeli instrumen aktiva lain

Kelemahan Obligasi / Kekurangan Obligasi

- Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai hubungan negatif,apabila harga obligasi naik maka tingakat bunga akan turun dan sebaliknya
- Tingkat likuiditas obligasi rendah,hal ini dikarenakan pergerakan harga obligasi,khususnya apabila harga obligasi menurun
- Resiko penarikan,apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan penarikan obligasi,perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan membayar sejumlah premi
- Resiko kecurangan apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah likuiditas dan tidak mampu melunasi kewajibannya ataupun mengalami kebangkrutan,maka pemegang obligasi akan menderita kerugian

Bagaimana Cara Membeli Obligasi Untuk Berinvestasi?

1. Membuka Rekening
Bagi Anda yang akan menjadi investor obligasi, tahap awal yang perlu Anda lakukan adalah memilih perusahaan sekuritas yang memiliki divisi fixed income yang menangani pembelian dan penjualan obligasi.

Mengingat investasi obligasi memiliki risiko yang tinggi, Anda perlu lebih selektif dalam melakukan pemilihan perusahaan yang akan menjadi tempat saluran dana investasi Anda.

Anda disarankan untuk memiliki perusahaan dengan pengalaman, tim yang solid – baik trader atau dealer ataupun riset serta fee yang kompetitif.

Informasi mengenai perkembangan dan perdagangan obligasi setiap bisa Anda dapatkan melalui pembukaan rekening. Dengan demikian pergerakan pasar obligasi secara akurat dan up to date juga Anda dapatkan.

2. Pahami Produk Obligasi
Pahami secara pasti dan mendetail bahkan menyeluruh mengenai produk investasi, potensi risiko dan juga setiap keuntungan yang Anda dapatkan melalui investasi obligasi.

Anda disarankan untuk mempelajari setiap instrument obligasi secara lengkap agar Anda dapat mengenal jenis investasi dengan baik dan mempermudah Anda dalam pengambilan keputusan investasi.

Setiap instrument obligasi dapat Anda pelajari secara mandiri ataupun informasi yang Anda dapatkan dari bagian riset perusahaan sekuritas, tempat Anda membuka rekening atau bisa juga melalui internet.

3. Lakukan Analisis
Analisis perlu dilakukan agar keputusan yang diambil dapat sesuai dengan apa yang diinginkan, yaitu kestabilan pendapatan.

Lakukan analisis seperti kupon, jangka waktu, nilai penerbitan dan peringkat.

Pertimbangkan juga latar belakang dari profil penerbit (debitur).

Gali informasi selengkapnya mengenai hal tersebut agar Anda mendapatkan kesimpulan apakah Anda akan meminjamkan uang Anda pada perusahaan tersebut atau tidak.

Pertimbangkan untung rugi dengan mendetail.

Sangat disarankan agar Anda membandingkan antara obligasi yang sejenis.

4. Amanat Beli Kepada Trader atau Broker
Jika Anda sudah melalui tahap analisis, Anda akan memperoleh jenis obligasi yang ingin dibeli.

Setelah itu, Anda dapat memberikan amanat pembelian kepada trader atau broker obligasi yang telah Anda pilih.

Selanjutnya, pihak trader akan melakukan pembelian obligasi sesuai dengan jenis serta harga yang diinginkan.

5. Persiapkan Dana Investasi
Setelah amanat pembelian diajukan, tentu dana investasi perlu Anda persiapkan. Jangan sampai Anda mengalami keterlambatan pembayaran karena akan mendapatkan penalti.

Selain, itu jangan biarkan melakukan penempatan dana tunai yang mendadak karena akan mengganggu kelancaran aliran arus kas keuangan Anda dan keluarga.

6. Penyelesaian Pembayaran
Pembayaran obligasi dapat dilakukan melalui transfer ke rekening perusahaan sekuritas yang bersangkutan.

Obligasi yang Anda beli akan tercantum dalam rekening perusahaan sekuritas yang tercatat di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia).

Selanjutnya, administrasi pembukuan akan dilakukan oleh bank kustodian perusahaan sekuritas.

Risiko Investasi Obligasi?

1. Risiko Likuiditas
Setiap jenis investasi pasti memiliki risiko masing-masing.

Risiko Likuiditas adalah risiko yang memang akan melekat pada semua jenis obligasi, baik itu obligasi pemerintah maupun obligasi korporasi.

Dilihat dari penyebabnya, risiko ini muncul karena adanya kemungkinan tidak likuidnya suatu obligasi yang diperdagangkan atau dengan kata lain obligasi tersebut tidak mudah untuk dijual di pasar sekunder.

Bagi para investor obligasi pasti memahami hal ini dimana pasar sekunder obligasi tidak seramai pasar sekunder saham.

Di pasar sekunder saham saja tetap ada saham yang tidak likuid, demikian juga dalam pasar obligasi.

Jika muncul cukup banyak permintaan beli akan obligasi atau dengan kata lain ada pihak yang berperan sebagai market maker (pembeli) atau penjual stand-by, maka obligasi akan menjadi likuid.
2. Risiko Maturitas
Risiko ini walaupun juga melekat pada semua jenis obligasi, namun risiko maturitas lebih mengarah pada obligasi korporasi dan berkaitan dengan masa jatuh tempo obligasi.

Para investor obligasi pasti sudah mengerti akan hal ini dimana semakin lama jatuh tempo suatu obligasi makan semakin besar juga tingkat ketidakpastian sehingga semakin besar pula risiko maturitas-nya.

3. Risiko Default
Risiko default hanya terdapat pada jenis obligasi korporasi.

Oleh karena obligasi korporasi tidak dijamin oleh pemerintah seperti ORI dan SUN, maka para investor obligasi yang berinvestasi pada jenis obligasi korporasi harus menyadari betul jika investasinya tidak kembali jika obligasi jatuh tempo atau korporasi mengalami kebangkrutan.

Risiko default terjadi ketika obligasi dan bunga dari obligasi mengalami gagal bayar.

Return Investasi Obligasi

PASAR OBLIGASI: 2017, Investasi Obligasi Diprediksi Berikan Return 8,9%-13,4%

Bisnis.com, JAKARTA— Mandiri Sekuritas memprediksi pasar obligasi dengan denominasi rupiah masih akan memberikan return positif pada tahun ini, meski tidak akan sebesar pada 2016.

Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan pada 2017, Mandiri Sekuritas memprediksi adanya return positif dalam investasi di pasar obligasi rupiah, meski tidak akan sebesar kinerja 2016.

Hal tersebut seiring dengan hilangnya sejumlah katalis positif, seperti yield global bond, yang kemungkinan sudah berada di posisi terbawah (bottomed) karena pengetatan kondisi moneter global, dan lemahnya nilai mata uang karena kenaikan Fed Fund Rate.

Volatilitas juga kemungkinan akan tinggi tahun ini karena semakin tingginya tingkat ketidakpastian seiring dengan hasil Brexit dan agenda politik di AS dan negara-negara Eropa.

Handy memprediksi nilai pasar wajar untuk yield obligasi rupiah pemerintah bertenor 10 tahun pada 7,25% (rentang: 6,91%-7,55%, vs. 7,97% pada akhir 2016-YE2016). Prediksi tersebut dengan asumsi yield obligasi pemerintah AS (US treasury) bertenor 10 tahun pada 2,6%, suku bunga 7-day reverse repo rate pada 4,75%, credit defaut swap (CDS) tenor 5 tahun pada 157, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rp13.400 pada YE2017.

“Prediksi itu memberikan cerminan rerata return dari investasi pada obligasi rupiah pemerintah pada rentang 8,9%-13,4% pada 2017,” jelas Handy dalam risetnya, Senin (23/1/2017).

Sementara, pada 2016, ada sejumlah event global yang mengejutkan. Mulai dari Brexit dan hasilnya, kemenangan Trump dalam persaingan memperebutkan kursi presiden AS, persetujuan OPEC untuk menurunkan produksi minyak, dan keputusan suku bunga yang lebih agresif (hawkish) dari federal open market committee (FOMC) di AS pada Desember.

Meski demikian, pasar obligasi (bond) rupiah Indonesia memiliki ketahanan dan membukukan keuntungan solid 14% (16,7% dalam mata uang US$) sejak rerata yield surat utang pemerintah turun 55 bps pada 2016.

Kemudian, obligasi rupiah Indonesia berada di posisi teratas di pasar obligasi mata uang lokal pemerintah Asia. Hal tersebut sejalan dengan prediksi positif Mandiri Sekuritas terhadap pasar obligasi rupiah setahun lalu.

Ragam Produk Obligasi

  1. Obligasi Suku Bunga Tetap
  2. Obligasi Suku Bunga Mengembang (Floating Rate Note)
  3. Obligasi Berimbal Hasil Tinggi (Junk Bond)
  4. Obligasi Tanpa Bunga
  5. Obligasi Inflasi
  6. Obligasi Indeks Berbasis Ekuiti
  7. Obligasi Subordinasi
  8. Obligasi Abadi
  9. Obligasi Atas Unjuk
  10. Obligasi Tercatat

4. Reksa Dana


Mengapa Reksadana Termasuk Instrumen Investasi?

Salah satu alternatif investasi adalah reksa dana, yang merupakan pilihan yang cocok untuk investor pemula yang ingin memulai berinvestasi. Reksa dana cocok untuk investor pemula karena dapat dimulai dengan modal yang sedikit dan dikelola secara profesional oleh manajer investasi, yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lantas apa itu reksa dana?

Reksa dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi, ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito. Reksa dana merupakan instrumen investasi yang terdaftar dan diawasi oleh OJK, serta manajer investasi yang mengelolanya juga terdaftar dan diawasi oleh OJK. Jadi Anda tidak perlu khawatir dana Anda akan hilang.

Apa Kelebihan dan Kekurangan Berinvestasi Reksadana?

  • Kelebihan:

1. Tidak perlu dana besar. Hanya dengan satu juta rupiah atau kurang, Anda sudah bisa berinvestasi pada saham berbagai perusahaan. Bandingkan dengan bila Anda harus membeli saham sendiri, setidaknya Anda perlu mengeluarkan dana untuk satu lot (100 lembar) yang harganya bisa di atas satu juta rupiah, belum termasuk komisi-komisi. Itu pun baru pada saham satu perusahaan, reksadana cocok bagi anda yg ingin berinvestasi tanpa memiliki waktu ekstra dan sumber dana ekstra dibanding dengan berinvestasi di pasar modal
Mudah dibeli dan ditebus (likuid). Anda dapat membeli reksa dana melalui perusahaan reksa dana atau bank.  Anda juga dapat menarik kembali (menebus) dana Anda  dengan mudah, meskipun mungkin ada biaya penebusan (withdrawal fee) tergantung pada jenis dana yang Anda pilih. Proses penebusan biasanya memerlukan beberapa hari.

2. Diawasi oleh Pemerintah. Reksa dana diatur dan diawasi oleh Pemerintah dari mulai tata-cara penjualan, penempatan dana, sampai rincian jenis informasi yang harus disediakan kepada calon pembeli. Setiap produk  reksa dana yang akan dipasarkan harus mendapatkan perizinan dari Pemerintah, serta reksa dana dikelola manajer investasi.

3. Ada banyak pilihan. Anda dapat menemukan reksa dana yang mengkhususkan diri pada pasar uang, pendapatan tetap, saham, atau campuran. Reksa dana saham dapat berfokus pada perusahaan tertentu seperti LQ 45, syariah index, dll.

  • Kekurangan:

1. Imbal hasil tidak dijamin. Anda tidak bisa tahu berapa persen tingkat pengembalian dari uang Anda yang ditanamkan di reksa dana. Anda bahkan tidak tahu apakah uang itu bisa kembali seluruhnya karena reksa dana tidak termasuk jenis investasi yang dijamin oleh Pemerintah. (Berbeda dengan tabungan yang sampai jumlah tertentu dijamin oleh Pemerintah).

2. Tidak dirancang sebagai investasi jangka pendek. Dengan beberapa pengecualian, terutama reksa dana pasar uang, reksa dana umumnya dirancang untuk investasi jangka panjang yang nilainya tumbuh dari waktu ke waktu namun dapat naik-turun secara tajam di sepanjang waktu. Bila Anda menarik dana Anda pada jenis reksadana seperti itu saat posisi pasar sedang di bawah, Anda mungkin akan kehilangan uang.  Dalam hal ini, reksa dana bukanlah pilihan pertama untuk dana darurat.

3. Fee dan biaya. Pengelola reksa dana membebani management fee, komisi penjualan, denda penarikan, dll pada uang yang Anda tanamkan. Beban-beban tersebut dihitung dengan berbagai cara, seperti persentase dana atau per transaksi. Anda perlu mencermati apakah biaya yang dikeluarkan sepadan dengan imbal hasil investasi yang diberikan.

Bagaimana Cara Pembelian Reksadana untuk Investasi?

1. Skema MI

  • Datangi manajer investasi (MI) atau agen penjual reksadana
  • Mengisi formulir transaksi dilengkapi identitas diri.
  • Nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan bisa berubah setiap hari tergantung waktu pengembalikan formulir pembelian plus menyetor dana ke bank kustodian. Ingat pembayaran lewat rekening atau transfer ke bank kustodian, tidak langsung secara tunai ke agen penjual atau manajer investasi.
  • Investor mendapat surat konfirmasi sebagai bukti kepemilikan, namun bisa juga manajer investasi hanya akan mengirimkan laporan bulanan tentang perkembangan hasil investasinya.
  • Cermati biaya pembelian atau biaya-biaya lain seperti biaya pengalihan dan biaya penjualan kembali.

2. Skema Bank

Selain pembelian langsung lewat MI, skema lain untuk membeli reksadana bisa melalui Bank. Ada beberapa bank yang melayani pembelian reksadana misalnya BCA, bank Mandiri dan Bank Commonwealth.

Sebenarnya tidak ada perbedaan membeli reksadana antara bank atau membeli secara langsung lewat MI. Perbedaaanya jika membeli lewat bank, Anda hanya tinggal mengintegrasikan rekening tabungan untuk pemindahbukuan atau pendebetan untuk investasi reksadana.

Sedangkan bila langsung ke MI yang menjual reksadana, harus terlebih dahulu melakukan transfer dana dan konfirmasi ulang pembayaran.

Namun agak disayangkan tidak semua customer service mapun tenaga marketing dibekali pengetahuan tentang reksadana, meskipun bank yang bersangkutan sebenarnya menjual reksadana. Sehingga penting bagi pihak bank untuk mempersiapkan SDM terutama customer service maupun marketing untuk memahami dengan baik apa itu reksadana.

Return Investasi Reksadana?

Dalam investasi Reksadana, Anda akan membeli yang namanya: Unit Penyertaan. Unit penyertaan adalah satuan yang menunjukkan kepemilikan di Reksadana tersebut.

Jumlah unit penyertaan ini akan berubah seiring dengan pembelian atau penjualan Reksadana.

Unit penyertaan ada harganya, yaitu Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV). Jumlah unit penyertaan yang Anda peroleh tergantung dari harga NAB/NAV per unit pada hari dimana Anda membeli Reksadana tersebut.

Naik turunnya nilai investasi di Reksadana ditentukan oleh perkembangan harga NAB per unit.

Untuk memahami transaksi dalam Reksadana, silahkan perhatikan ilustrasi di bawah ini :

- Pada tanggal 30 Mei 2012, Anda membeli Reksadana Schroders Istimewa sebesar Rp. 5.000.000. NAB/unit Reksadana Schroder pada hari itu adalah Rp. 2.000 Maka unit penyertaan yang Anda miliki adalah 5.000.000/2.000 = 2.500 unit penyertaan.
- Pada tanggal 10 April 2013, Anda menjual seluruh Reksadana Schroder. NAB/unit Reksadana Schroder pada hari itu adalah Rp 3.000. Maka total investasi yang Anda dapatkan adalah 3.000 x 2.500 = Rp.7.500.000

Berapa keuntungan investasi di Reksadana?

→ Nilai investasi naik dari awal 5 juta menjadi 7.5 juta sehingga return adalah 50%.

Ilustrasi lain dibawah ini:

- Pada tanggal 30 Mei 2012, Anda membeli Reksadana Schroders Istimewa sebesar Rp. 5.000.000. NAB/unit Reksadana Schroder pada hari itu adalah Rp. 2.000 Maka unit penyertaan yang Anda miliki adalah 5.000.000/2.000 = 2.500 unit penyertaan.
- Pada tanggal 10 April 2013, Anda menjual seluruh Reksadana Schroder. NAB/unit Reksadana Schroder pada hari itu adalah Rp 1.500. Maka total investasi yang Anda dapatkan adalah 1.500 x 2.500 = Rp.3.750.000.

Berapa keuntungan investasi di Reksadana?

Nilai investasi turun dari awal 5 juta menjadi 3.75 juta sehingga return adalah minus 25%.

Risiko Investasi Reksadana?


  1. Keuntungan Tidak Dijamin
    Investor harus menyadari bahwa dengan berinvestasi dalam Reksa Dana, tidak ada jaminan untuk mendapatkan pembagian dividen, keuntungan, ataupun kenaikan modal investasi.
  2. Risiko Umum Pasar Modal
    Setiap pembelian efek akan melibatkan beberapa unsur risiko pasar. Oleh karena itu, Reksa Dana mungkin rentan terhadap perubahan kondisi pasar yang merupakan hasil dari:
    -global, regional atau perkembangan ekonomi nasional;
    -kebijakan pemerintah atau kondisi politik;
    -development in regulatory framework, law and legal issues
    pergerakan suku bunga secara umum;
    -sentimen investor yang luas, dan
    guncangan eksternal (misalnya: bencana alam , perang dan lain-lain)
  3. Risiko Efek
    Ada banyak risiko efek yang dapat terjadi pada setiap efek. beberapa contohnya adalah Kemungkinan default perusahaan penerbit pada pembayaran kupon dan/atau pokok obligasi, dan implikasi dari peringkat kredit perusahaan yang di downgrade.
  4. Risiko Likuiditas
    Risiko likuiditas dapat didefinisikan sebagai seberapa mudah sebuah efek dapat dijual pada atau mendekati nilai wajarnya tergantung pada volume yang diperdagangkan di bursa.
  5. Risiko Inflasi
    Risiko tingkat inflasi adalah risiko potensi kerugian daya beli investasi Anda karena terjadinya kenaikan rata-rata harga konsumsi.
  6. Risiko Pembiayaan Pinjaman
    Jika dana pembelian unit Reksa Dana didapat dari pinjaman, maka investor perlu memahami bahwa:

    Pinjaman meningkatkan kemungkinan baik untuk untung maupun rugi;
    -Jika nilai investasi turun dibawah tingkat tertentu, investor mungkin diminta oleh lembaga keuangan untuk menambah agunan, atau mengurangi jumlah pinjaman ke level yang disyaratkan;
    -Biaya pinjaman dapat bervariasi dari waktu ke waktu tergantung pada fluktuasi suku bunga;
    -Risiko menggunakan pinjaman harus di pertimbangkan secara berhati-hati karena mengandung risiko.
  7. Risiko Ketidakpatuhan
    Hal ini mengacu pada risiko terhadap Reksa Dana dan keuntungan investor yang dapat timbul karena  ketidak-sesuaian terhadap hukum, aturan, peraturan, etika dan Policy and Procedure internal dari Manajer Investasi.
  8. Risiko Manajer Investasi
    Kinerja setiap Reksa Dana sangat bergantung antara lain pada, pengalaman, pengetahuan, keahlian, dan teknik / proses investasi yang diterapkan oleh Manajer Investasi, dan setiap kekurangan dari syarat tersebut akan berdampak buruk pada kinerja Reksa Dana sehingga akan merugikan investor.

Ragam Produk Reksadana

  • Reksa Dana Pasar Uang: jenis Reksa Dana yang investasinya ditempatkan 100% pada instrumen Pasar Uang, antara lain, obligasi yang jatuh tempo kurang dari satu tahun, deposito, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
  • Reksa Dana Pendapatan Tetap: jenis Reksa Dana yang sebagian besar alokasi investasinya ditempatkan pada efek yang memberikan pendapatan tetap, seperti surat utang.
  • Reksa Dana Campuran: jenis Reksa Dana yang investasinya ditempatkan pada beberapa efek sekaligus, mencakup Saham, surat utang dan Pasar Uang.
  • Reksa Dana Saham: jenis Reksa Dana yang sebagian besar alokasi investasinya ditempatkan pada efek Saham.

5. Sukuk

Mengapa Sukuk Termasuk Instrumen Investasi?

Berbicara Investasi banyak sekali instrument yang menjanjikan, salah satu nya adalah sukuk ini. Dimana umat manusia menginginkan berinvestasi dengan profit yang cukup serta keberkahan di dalam nya. sukuk merupakan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal saat ini. Baik di dunia international maupun di tingkat nasional. Instrumen keuangan ini tumbuh pesat seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan instrumen keuangan konvensional lainnya.

Salah satu instrumen keuangan Islam yang tengah berkembang pesat saat ini adalah Sukuk. Sukuk pada hakikatnya merupakan sertifikat kepemilikan atas suatu aset (proyek riil) yang dapat digunakan dalam skala besar untuk membiayai pembangunan. Sukuk dipandang sebagai alternatif yang lebih baik daripada berutang karena antara lain mengandung unsur kerja sama investasi, berbagi risiko dan keterlibatan aset (proyek riil) yang juga mendasari penerbitan sukuk.

Apa Kelebihan dan Kekurangan Investasi Sukuk?

Beberapa kelebihan sukuk antara lain:

a. Dapat menjangkau investor yang lebih luas, terutama bagi investor yang concern terhadap aspek Syariah,
b. Untuk mendiversifikasikan portofolio sebagai sumber dana,
c. Penawaran yang relatif masih rendah, dengan tingkat permintaan yang tinggi,
d. Pada umumnya, sukuk memiliki harga yang rendah atau minimal sama dibandingkan dengan obligasi konvensional.
Sedangkan beberapa kelemahan sukuk antara lain;

a. Struktur yang lebih rumit karena mensyaratkan adanya asset yang mewadahinya (underlying asset),
b. Pajak dan ketidakpastian hukum,
c. Tidak memiliki benchmark yang resmi, karena sukuk pemerintah belum diterbitkan.

Bagaimana Cara Pembelian Sukuk Untuk Investasi?

1. Melalui Mekanisme Pasar Perdanaa
Disebut demikian karena membeli langsung pada agen yang ditunjuk resmi oleh negara untuk melakukan jual beli Sukuk Ritel. Dengan mekanisme tersebut syarat yang perlu dilengkapi cukup sederhana, pertama jelas harus menghubungi Agen penjualan Sukuk Ritel yang telah ditunjuk oleh negara.

Selanjutnya, Anda bisa melakukan pengisian formulir sebagaimana yang telah disediakan oleh pihak Agen Penjual Sukuk Ritel (SR). Melampirkan persyaratan terkait data diri dan kependudukan seperti misalnya KTP serta hal lain sebagaimana yang diminta dan diperlukan oleh pihak keagenan.

Mekanisme berikutnya adalah mekanisme keuangan murni seperti misalnya, melakukan transfer dana sesuai dengan jumlah yang ingin dibeli, penerimaan tanda bukti kepemilikan sekaligus juga melakukan pengambilan sisa dana yang ditransfer apabila jumlah Sukuk yang diterbitkan oleh pihak emiten (Pemerintah) tidak mencukupi sebagaimana jumlah dana yang diberikan, memperoleh penjatahan, selanjutnya hanya tinggal menunggu proses investasi bergulir sebagaimana tenor yang diajukan oleh emiten.

2. Melalui Mekanisme Pasar Sekunder
Untuk proses yang kedua ini, pembelian dilakukan melalui mekanisme sebagaimana yang ada dalam proses pembelian obligasi yaitu melalui mekanisme bursa atau perbankan. Proses memakan waktu kurang lebih 2 minggu hingga pihak pembeli Sukuk mendapatkan apa yang disebut dengan Surat Konfirmasi Kepemilikan Sukuk Ritel yang dikeluarkan oleh pihak bursa atau bank umum sesuai dengan mekanisme sekunder yang diikuti.

Jika dilihat dari prosesnya jelas Sukuk sama dengan obligasi, yang aman dan bisa menguntungkan dari segi investasi. Namun memahami cara penggunaannya, ada beberapa perbedaan dalam beberapa hal yang harus diperhatikan dengan seksama agar tidak mendapatkan efek negatif dari investasi yang sedang berjalan.

Risiko Investasi Sukuk

1. Risiko Pasar
Risiko pasar terjadi karena adanya pergerakan pasar secara menyeluruh. Pada instrumen sukuk, risiko pasar ini dapat berupa risiko terhadap tingkat suku bunga di pasar sekunder sukuk dan risiko nilai tukar mata uang asing (bila sukuk diterbitkan dalam denominasi selain rupiah).

Risiko tingkat suku bunga terjadi karena harga sukuk di pasar sekunder dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku. Apabila suku bunga naik, maka harga sukuk di pasar sekunder akan turun, smeentara jika suku bunga turun, maka harga sukuk di pasar sekunder akan naik.

Sementara, risiko nilai tukar mata uang asing akan terjadi pada investasi di sukuk yang diterbitkan dalam denominasi mata uang selain rupiah karena akan tergantung pada fluktuasi nilai tukar yang terjadi di pasar. Apabila terjadi penurunan nilai tukar/depresiasi terhadap mata uang yang menjadi denominasi sukuk, maka akan terjadi pula penurunan nilai investasi kamu.

2. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas merupakan risiko yang timbul, khususnya untuk sukuk yang diperjualbelikan di pasar sekunder, diakibatkan oleh pasar sekunder yang belum likuid dan belum terbentuk dengan baik. Pasar yang tidak likuid dapat mengakibatkan investor kesulitan menjual sukuk dengan nilai yang wajar. Dengan demikian, investor dapat mengalami kesulitan mendapatkan dana untuk kepentingan likuiditas dalam waktu yang cepat.

3. Risiko Operasional
Risiko operasional bisa timbul dalam kegiatan bisnis sebagai akibat dari pengelolaan yang tidak tepat atau karena faktor eksternal. Risiko ini bisa berupa risiko kegagalan pembayaran oleh penerbit sukuk, risiko pembayaran kupon dan risiko yang terkait dengan aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk.

- Risiko kegagalan pembayaran (default risk) terjadi ketika penerbit sukuk tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar nilai pokok sukuk. Untuk menghindari risiko ini, investor hendaknya mencari tahu terlebih dulu kualitas rating dari penerbit sukuk yang biasanya dikeluarkan oleh lembaga rating. Peringkat penerbit sukuk ini menjadi acuan untuk mengetahui kemampuan keuangan penerbit sukuk. Semakin tinggi rating, maka risiko gagal bayar juga semakin kecil.
-Sementara, risiko pembayaran kupon juga bisa terjadi, ketika penerbit sukuk tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran kupon kepada investor pada waktunya. Di sisi lain, aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk (underlying asset) juga tak terlepas dari berbagai macam risiko.
-Risiko aset terjadi karena kegagalan mentransfer aset dalam jumlah dan waktu yang telah disepakati. Aset bisa saja rusak atau hilang karena faktor human error, bencana alam, maupun kebakaran, baik sebagian maupun keseluruhan. Risiko terhadap aset juga bisa terjadi pada nilai asetnya disebabkan harga pasar yang berubah. Oleh karena itu, penerbit sukuk berkewajiban memelihara aset dan menjamin bahwa underlying asset selalu dalam kondisi baik dengan jumlah yang mencukupi.

4. Risiko Hukum
Dalam penerapan konsep-konsep syariah, seperti penyusunan struktur sukuk dan penggunaan underlying asset, terdapat kemungkinan belum terakomodasi dalam ketentuan hukum yang berlaku, sehingga suatu struktur tidak dapat diaplikasikan karena tidak selaras dengan peraturan tersebut.

5. Risiko tidak Sesuai dengan Syariah
Risiko ketidaksesuaian syariah terjadi apabila sukuk yang diterbitkan tidak mengikuti kaidah atau prinsip-prinsip syariah yang telah ditentukan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Kesesuaian dengan syariah dapat mencakup pada struktur sukuk yang digunakan, dokumen hukum penerbitan sukuk, underlying asset yang digunakan, serta penggunaan dana hasil penerbitan sukuk (proceeds). Risiko dalam bentuk ini juga bisa terjadi apabila ada perbedaan antara pemahaman dan penerapan akad syariah pada penerbitan sukuk.

Return Investasi Sukuk?

1. Dipegang Sampai Jatuh Tempo
Investor Budi membeli Sukuk sebesar Rp10 juta dengan tingkat imbalan 10% per tahun dan tidak dijual sampai dengan jatuh tempo.

Hasil yang diperoleh adalah:
→ Imbalan = Rp10.000.000 x 10% x 1/12 = Rp83.000 diterima setiap bulan sampai dengan jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo, nominal yang diterima adalah Rp10 juta.

2. Dijual di Pasar Sekunder – Untung
Investor Budi yang membeli Sukuk di pasar perdana sebesar Rp10 juta dengan tingkat imbalan 10% per tahun dan dijual di pasar sekunder dengan harga 105%.

Hasil yang diperoleh adalah:
→ Imbalan = Rp10.000.000 x 10% x 1/12 = Rp83.000 diterima setiap bulan sampai dengan saat dijual
→ Capital gain = Rp10.000.000 x (105-100)% = Rp500.000. Pada saat dijual, nominal yang diterima adalah Rp10.500.000, yang berasal dari pokok Sukuk Ritel ditambah dengan capital gain

3. Dijual di Pasar Sekunder – Rugi
Investor Budi membeli Sukuk di pasar perdana sebesar Rp10 juta dengan tingkat imbalan 10% per tahun dan dijual di pasar sekunder dengan harga 95%.

Hasil yang diperoleh adalah:
→ Imbalan = Rp10.000.000 x 10% x 1/12 = Rp83.000 diterima setiap bulan sampai dengan saat dijual
→ Capital loss = Rp10.000.000 x (95-100)% = – Rp500.000. Pada saat dijual, nominal yang diterima adalah Rp9.500.000, yang berasal dari pokok Sukuk Ritel dikurangi dengan capital loss.

Ragam Produk Sukuk

  • Sukuk Ijarah : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah, dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti perpindahan kepemilikan aset itu sendiri.
  • Sukuk Mudharabah: Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah, dimana satu pihak menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul maal) dan pihak lain menydiakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan proporsi perbandingan (nisbah) yang disepakati sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, sepanjang kerugian tersebut tidak ada unsur moral hazard (niat tidak baik dari mudharib).
  • Sukuk Musyarakah : Sukuk yang diterbitkan berdasarka perjanjian atau akad musyarakah, dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.
  • Sukuk Istishna : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna, dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun harga, waktu penyerahan dan spesifikasi proyek/barang ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.

6. Saham

Mengapa Saham Termasuk Instrumen Investasi?

Saham merupakan salah satu investasi yang tergolong high risk high return. Saham secara singkat dapat diartikan sebagian kepemilikan atas suatu perusahaan yang dijual oleh perusahaan itu sendiri. Pembeli saham akan merasakan keuntungan maupun kerugian yang diderita oleh perusahaan tersebut. Pada umumnya, keuntungan yang didapat dari investasi saham lebih tinggi dari bunga bank. Hal ini dikarenakan perusahaan memperoleh modal dari berbagai sumber, salah satunya adalah pinjaman bunga bank. Karena itu, perusahaan harus menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dari bunga bank agar dapat membayar hutangnya. Keuntungan perusahaan dibagikan dalam bentuk dividen pada akhir tahun kepada setiap pemegang saham sesuai besar saham yang dimilikinya. Investasi saham membutuhkan keahlian yang tinggi untuk dapat terus memprediksi iklim pasar. Selain itu, investasi ini juga harus terus menerus dipantau.

Apa Kelebihan dan Kekurangan Investasi Saham?

Kelebihan Investasi Saham:
  • Memberikan potensi return yang tinggi dan berkesinambungan.
  • Sangat likuid, saat anda ingin menjualnya, pembeli tersedia. (hal ini dikarenakan Saham memiliki bursa tersendiri yakni Bursa Efek Indonesia yang mempertemukan pihak penjual dan pembeli.)
  • Tidak memerlukan rekruitmen karyawan baru
  • Tidak memerlukan perawatan
  • Tidak perlu membayar pajak selama memilikinya.
  • Nilai saham dapat dipantau dengan mudah di media – media cetak maupun visual.

Kekurangan Investasi Saham

  • Potensi return yang tinggi pada saham kadang juga diiringi potensi rugi yang besar akibat salah pilih saham.
  • Karena sangat likuid, kadangkala menjadikannya terlalu fluktuatif sehingga saat kita mau menjual harganya tidak sesuai ekspektasi.
  • Tidak memerlukan pegawai, artinya anda sendiri yang memantau investasi saham anda. Kadangkala investor melupakan investasinya karena sibuk pada urusan lain sehingga investasinya terbengkalai.
  • Karena harga saham sangat mudah dipantau, kadangkala mempengaruhi psikologis investor untuk bertindak irasional, terlalu optimis, kadang emosional, dan panik. Bandingkan jika seseorang memiliki tanah untuk investasi, karena harga pasaran sulit diketahui, investor tanah tersebut tidak tahu perubahan harga secara harian.

Bagaimana Cara Membeli Saham Untuk Investasi?

1. Membuka Rekening Efek
Untuk membeli saham atau bermain saham di BEI terlebih dulu anda diwajibkan untuk membuat rekening saham atau efek atas nama pribadi. Lalu dimanakah tempat untuk membuka rekening saham? Jika anda hendak membuka rekening tabungan tentu saja sobat pergi ke bank. Namun apabila sobat mau membuka rekening saham maka sobat harus datang ke sebuah perusahaan sekuritas terdekat.

Perusahaan sekuritas dinamakan pula sebagai broker saham atau pialang. Perlu diapresiasi, perusahaan sekuritas di Indonesia sangat banyak jumlahnya. Kalau dihitung saat ini mencapai 100 lebih perusahaan sekuritas yang ada di tanah air. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi investor dalam memilih perusahaan sekuritas yang benar-benar kredibel, aman dan dapat dipercaya.

▪ Macam-Macam Perusahaan Sekuritas
Kepemilikan perusahaan sekuritas terdiri-dari beberapa bagian, antara lain:
1) Perusahaan sekuritas milik pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Contoh, Mandiri Sekuritas, BNI Sekuritas, Bahana Sekuritas, dan Danareksa Sekuritas.

2) Lembaga Sekuritas milik warga negara asing. Misalkan Phillips Securities, Kim Eng Securities, BNP Paribas Securities, JP Morgan Securities, CLSA Securities, UBS Securities dan Merryl Lynch Securities.

3) Perusahaan Sekuritas milik swasta nasional. Seperti Panin Sekuritas, Sinarmas Sekuritas, Trust Sekuritas, Trimegah Sekuritas, Brent Sekuritas, Balbury Sekuritas, Henanputi Rai Sekuritas, dan banyak lagi.

Untuk pembuatan rekening saham sama seperti prosedur tata cara membuka rekening tabungan di bank. Anda bisa memulainya dengan modal kecil. Untuk membuka rekening saham hal yang harus dilakukan adalah mengisi aplikasi permohonan pembukaan rekening efek atau saham. Selanjutnya pihak perusahaan sekuritas meminta saldo awal minimal Rp 5 juta.

▪ Persyaratan Dokumen Untuk Buka Rekening Saham
Sementara itu, beberapa dokumen yang dibutuhkan dalam pembuatan rekening saham efek, antara lain:

1) Fotocopy KTP sebagai identitas diri
2) Data ahli waris
3) Data alamat tempat tinggal
4) Fotocopy buku rekening tabungan di bank
5) Data pekerjaan atau usaha

2. Memilih Saham
Setelah anda membuka rekening saham beserta penyetoran saldo awal, tahap selanjutnya anda sudah bisa memulai memilih saham yang hendak dibeli. Ada banyak jenis saham yang bisa anda pilih yang disebut pula emiten. Pastikan anda memilih saham yang mempunyai prospek bagus ke depan, mempunyai pergerakan nilai yang baik, konsisten memberikan laba deviden yang termasuk saham unggulan.

Dalam membeli saham-saham unggulan tersebut tentu saja diperlukan analisa mendalam baik secara teknikal dan fundamental. Analisa memilih saham yang tepat dan menguntungkan meliputi analisis perkembangan kesehatan perusahaan, peningkatan keuntungan, dan menentukan waktu yang tepat untuk membeli saham berdasarkan grafik yang tersedia dan lain-lain.

3. Membeli Saham
Selepas anda menentukan memilih jenis saham tertentu yang terbaik dan menguntungkan menurut anda berdasarkan analisa fundamental dan teknikal, tahapan berikutya adalah membeli saham tersebut. Ada dua cara dalam membeli saham tersebut, yaitu:

▪ Membeli saham lewat pialang atau perusahaan broker saham. Anda bisa menelepon langsung perusahaan broker untuk membeli saham yang anda inginkan. Atau sobat bisa datang langsung ke kantor perusahaan sekuritas tempat membuka rekening saham anda tersebut. Kemudian memerintahkan untuk membeli saham yang telah anda tentukan.

▪ Membeli saham secara langsung online. Dengan cara memasukkan order pembelian saham di aplikasi trading saham online system. Setiap broker saham pastinya telah mempunyai layanan aplikasi online ini dan anda bisa memintanya dari mereka. Aplikasi software system yang mesti diinstal di komputer, netbook, smartphone, laptop, tablet atau ponsel anda yang berbasis windows phone, blackberry, android maupun sistem lainnya. Agar investor (anda) bisa melakukan order pembelian saham atau penjualan saham secara online.

Risiko Investasi Saham?

1. Tidak ada pembagian deviden
Terjadi jika emiten tidak dapat membukukan laba pada tahun yang berjalan dan RUPS memutuskan deviden digunakan untuk ekspansi usaha.
2. Capital Loss
Terjadi jika harga jual saham lebih murah daripada harga belinya.
3. Resiko di likuidasi
Jika emiten dilikuidasi, maka pemegeng saham memiliki hak klaim terakhir terhadap aktiva perusahaan setelah seluruh kewajiban emiten terbayarkan.
4. Saham delisting dari Bursa
Terjadi jika karena beberapa alasan tertentu saham dapat dihapus pencatatannya (delisting) di Bursa, sehingga pada akhirnya saham tersebut tidak dapat di perdagangkan.

Return Investasi Saham?

Berikut ini contoh perhitungan return atau hasil investasi saham :

Pak Ari membeli saham PT ABCDEFG pada tanggal 5 Januari 2017 seharga Rp1.000 per lembar. Jika:

Skenario 1
Pada tanggal 5 Januari 2018, Pak Ari menjual saham PT ABCDEFG pada harga Rp1.250 per lembar, maka Pak Ari mendapatkan return atau hasil investasi sebesar:

= [Rp1.250 – Rp1.000] : [Rp1.000]

= 25% atau 0,25 kali lipat.

→ Kesimpulan: Return atau hasil investasi pak Ari adalah untung atau gain sebesar 25%.

Skenario 2
Pada tanggal 5 Januari 2018, Pak Ari menjual saham PT ABCDEFG pada harga Rp750 per lembar, maka Pak Ari mendapatkan return atau hasil investasi sebesar:

= [Rp750 – Rp1.000] : [Rp1.000]

= -25% atau 0,25 kali lipat.

→ Kesimpulan: Return atau hasil investasi pak Ari adalah rugi atau loss sebesar 25%.

Ragam (Jenis-Jenis) Produk Saham

a. Jenis Saham dari Segi Kemampuan dalam Hak Tagih atau Klaim

  • Saham Biasa (Common Stocks)
Saham jenis ini mempunyai karakteristik yaitu bisa melakukan klaim kepemilikan pada semua penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Namun demikian, pemilik atau pemegang saham jenis ini hanya memiliki kewajiban yang terbatas. Keuntungannya adalah jika terjadi resiko terburuk misalnya perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.

  • Saham Preferen (Preferred Stocks)
Jenis saham ini didesain sebagai gabungan antara obligasi dan saham biasa. Beberapa investor menyukai jenis saham yang bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Secara umum, karakteristik saham preferen sama halnya dengan saham biasa yang bisa mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut, dan membayar dividen. Pemegang saham ini juga bisa melakukan klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Hal ini yang membuat saham ini mirip dengan obligasi, dan banyak diminati investor.

b. Jenis Saham dari Segi Cara Peralihannya

  • Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
Secara fisik, pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya. Hal ini bertujuan agar mudah dipindahtangankan dari satu investor satu ke investor lainnya. Banyak investor yang memiliki saham ini dengan tujuan memang untuk diperjualbelikan. Investor tidak perlu khawatir karena secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

  • Saham Atas Nama (Registered Stocks)
Kebalikan dari saham atas unjuk, pada saham atas nama pemegang saham tertulis jelas namanya di dalam kertas saham dan cara peralihannya pun juga harus melalui prosedur tertentu.

c. Jenis Saham dari Segi Kinerja Perdagangan

  • Blue Chip Stocks
Jenis saham ini banyak diburu investor karena berasal dari perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai petinggi di industrinya, dan memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

  • Income Stocks
Jenis saham ini juga mempunyai keunggulan dalam hal kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Kemampuan menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai menjadi daya tarik tersediri bagi investor.

  • Growth Stocks
(Well-Known)
Mirip dengan blue chip, saham jenis ini memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai petinggi di industri sejenis dan dikenal sebagai perusahaan yang mempunyai reputasi tinggi.

(Lesser-Known)
Walaupun bukan sebagai petinggi dalam industri, namun jenis saham ini tetap memiliki ciri growth stock. Biasanya merupakan saham dari perusahaan daerah dan kurang populer di kalangan emiten.

  • Speculative Stocks
Investor dengan profil resiko high risk, bisa mencoba jenis saham ini. Saham ini berpotensi menghasilkan laba tinggi di masa depan, namun tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun.

  • Counter Cyclical Stocks
Jenis saham ini paling stabil saat kondisi ekonomi bergejolak karena tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Ilustrasinya jika terjadi resesi ekonomi, maka harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi. Hal ini bisa terjadi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.

SUMBER :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aspek Hukum dalam Ekonomi

BAB 1 PENGANTAR PERANAN DALAM HUKUM EKONOMI Manusia dan Masyarakat Aristoteles Manusia adalah makhluk sosial (zoon political) ↓...